Minggu, 23 September 2012

Kisah seorang siswi SMA biasa.

Hai, apa kabar. Perkenalkan, namaku Miu. Aku hanya seorang gadis biasa, yang tinggal di Jakarta. Aku akan berusia 16 tahun Desember nanti.
Setahun kebelakang ini, hidupku penuh dengan berbagai warna. Tiap bertambanhnya umur, beban hidup juga bertambah ya? Kepalaku sakit akhir-akhir ini, badanku lelah, dan penat.

Aku capek, sekolah dalam sistem seperti ini... lebih dari 1/3 hidupku sehari, kuhabiskan disekolah. jauh lebih banyak dari waktu tidurku.

Aku capek dengan belasan materi yang HARUS dihafal tiap minggunya. Hanya guru-guru tertentu yang mengerti bagaimana kondisi otak peranak.
Aku bosan, akan ulangan-ulangan yang diadakan tiap dua minggu sekali. Di minggu pertama mengenai penjelasan, dan di minggu depannya langsung ulangan. Dan biasanya beberapa murid yang kurang pintar di cemooh dulu, sebelum disuruh--diusir-- keluar dari kelas untuk mengikuti ulangan kloter kedua. begitupula saya.
Aku capek, dengan segala macam pr yang di berikan oleh semua guruku. Rata-rata tiap harinya--paling tidak-- ada dua sampai tiga pr, kebanyakan kerja kelompok power point atau browsing internet. Yang hanya bisa kami kerjakan di hari libur, dimana di hari tersebut harusnya kami bisa bersantai, dan melupakan sejenak urusan sekolah.
Aku kesal, dimana tiap pulang sekolah dalam kondisi lelah dan penat harus kena marah oleh orang tua. Kami punya masalah sendiri, tolong jangan di perbanyak yang telah ada.

Sistem pegas, tidak selalu berhasil bagi kami para siswa-siswi. Berikan kami waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga kami dirumah dan masyarakat.
Biarkan kami mengembangkan hobi kami, dengan cara kami sendiri. Tolong bebaskan kami untuk bernafas.
Saya tidak suka jika diibaratkan sekolah itu bagaikan cambuk siksa, bukankah lebih enak jika sekolah diibaratkan bagai alunan musik klasik tenang dan menyamankan. Namun, dasari kenyataannya.
Belum lagi mengenai rencana penambahan jam sekolah, saya tidak mengerti apa maksudnya tapi, tolong pihak yang berwenang lihat juga sudut pandang kami sebagai murid sekolah.

Terkadang saya ingin menangis secara tiba-tiba saat si cemooh guru mengenai kemampuan saya, kepala dan hatiku sakit.

Maaf, tapi ini cerita saya... Maaf.